KAPASITAS SEORANG PELAYAN



Renungan ibadah Persiapan Hati Penatalayan.
Tema: Kapasitas seorang Pelayan.
Bacaan: Kisah Para Rasul 6: 1-7
Renungan
I. Pengantar
Mungkin istilah “kapasitas” sudah tidak asing lagi di telinga kita. Biasanya istilah ini digunakan untuk menggambarkan daya tampung/daya tahan dari sebuah benda atau perangkat elektronik seperti smartphone atau laptop. Pengertian lain yang biasanya juga disandingkan dengan istilah ini adalah Kekuatan. Biasanya definisi ini kita gunakan untuk menggambarkan kekuatan sebuah truk untuk mengankut suatu material atau kekuatan batas tampung sebuah lift terhadap beban.
Pertanyaan yang paling mendasar bagi kita adalah apakah “kapasitas” hanya dimiliki oleh sebuah benda? Tepatkah kita menyandingkan istilah ini dengan kita manusia? Jawabannya tentu saja bisa dan sangat tepat. Bagi kita manusia, “kapasitas” menggambarkan potensi juga kemampuan yang kita miliki. Kemampuan ataupun potensi yang kita miliki pada dasarnya memiliki perbedaan dan cukup beragam. Ada orang yang mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam bidang akademik, ada yang memiliki kemampuan dalam bidang keterampilan dan seni bahkan ada juga orang yang memiliki kemampuan menguasai bidang akademik. Kapasitas seseorang tidak hanya saja meliputi “kapasitas” fisik, tetapi juga meliputi kapasitas hati bahkan juga kapasitas perasaan. Sebagai contoh, ada orang yang bisa bersabar terhadap seseorang tetapi ada juga orang cepat marah terhadap seseorang, itulah kapasitas hati. Selain itu, ada orang yang bisa mendengar khotbah atau pelajaran dalam waktu yang lama tetapi juga ada orang yang hanya dalam waktu singkat dapat menyimak khotbah atau pelajaran yang diajarkan. Kurang lebih seperti itu gambaran dari kapasitas perasaan yang dimiliki seseorang.
Lebih lanjut, kali ini kita akan berbicara mengenai kapasitas dalam konteks pelayanan, dalam perenungan ini kita akan melihat lebih dalam tentang keterkaitan antara kepasitas yang dimiliki oleh seorang pelayan dan bagaimana penggunaan kapasitas tersebut dipergunakan untuk meningkatkan totalitas dalam melayani. Berangkat dari penjabaran di atas, terlebih dahulu dalam kesadaran, mari kita mensyukuri kapasitas yang kita miliki karena kapasitas yang kita miliki adalah anugerah Tuhan bagi kita manusia karena kita diciptakan secara unik.
II. Pembahasan konteks dan pembedahan teks.
Bacaan pada hari ini menggambarkan kondisi dan situasi yang dialami oleh jemaat mula-mula. Pertumbuhan jemaat yang semakin pesat membuat pelayanan para rasul pada saat itu mulai tidak maksimal. Akibatnya, timbullah suatu masalah yang mana sebuah komplain diajukan kepada para rasul oleh pihak jemaat yaitu mengenai pelayanan sosial yang diabaikan oleh para rasul (Ayat 1). Pelayanan sosial berupa pemenuhan hak terhadap para janda juga kepada orang yang miskin tidak lagi diperhatikan dengan baik. Dan tak dapat disangkali bahwa masalah ini bukanlah masalah yang ringan bagi jemaat mula-mula. Untuk melihat lebih dalam dan supaya kita lebih memahami betapa runyamnya masalah yang dihadapi oleh jemaat mula-mula dan para rasul pada saat itu, telebih dahulu kita harus melihat lebih dalam tentang kebiasaan masyarakat Yahudi pada saat itu.
Sesuai dengan kebiasaan masyarakat Yahudi pada saat itu, di dalam sinagoge-sinagoge terdapat sebuah kebiasaan khas yaitu 2 orang pekerja pada setiap hari jumat pagi bekerja dan berkeliling di pasar dan rumah-rumah untuk berdagang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudian pada siang harinya, hasil dagang dan barang-barang yang tidak terjual akan disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan yaitu para janda dan kaum miskin yang termasuk ke dalam jemaat maupun yang tidak termasuk. Kebiasaan tolong-menolong seperti ini memang bukan hal yang asing bagi jemaat mula-mula karena pada awal terbentuknya, jemaat mula-mula sudah hidup dalam sebuah persekutuan yang kuat dan saling bahu-membahu untuk menolong sesamanya ( Kis. 2: 44-45).
Akan tetapi, ketika jumlah jemaat kian hari kian bertambah banyak, maka kebiasaan ini diambil alih oleh gereja dalam hal ini oleh para aparatur gereja dan para pelayan gereja yaitu para rasul. Karena pelayanan yang semakin padat khususnya dalam hal pengajaran, maka para rasul tidak menyadari bahwa bantuan kepada para kaum tidak mampu ini mulai tidak diurus dan diperhatikan dengan baik sehingga para muridpun mengaku bahwa mereka telah lalai dalam menjalankan tugas sosialnya karena terlalu fokus dalam hal pengajaran (Ayat 2).
Untuk menangani masalah ini, Para murid kemudian bersepakat untuk memilih 7 orang dengan beberapa kriteria khusus yaitu penuh dengan Roh dan hikmat serta juga terkenal baik (ayat 3) agar ke-7 orang ini dapat membantu para rasul menjalankan tugas sosial dan pelayanan meja jemaat sehingga masalah ini boleh terselesaikan dan para rasulpun dapat menjalankan pelayanan dengan baik sehingga memberikan dampak yang baik juga bagi jemaat.
7 orang yang berhasil terpilih yaitu Stefanus dan teman-temannya ( Ayat 4). Orang-orang ini dianggap memiliki kemampuan yang sangat cocok untuk melakukan tugas pelayanan sosial ditambah lagi mereka telah memenuhi kriteria yang diberikan oleh para rasul sehingga mereka kemudian perhadapkan kepada para rasul dan jemaat serta didoakan dan ditahbiskan untuk menjalankan tugas pelayanan yang telah diembankan kepada mereka. Terpilihnya ke-7 orang ini harus kita lihat sebagai cara Allah untuk memelihara kerukunan umat-Nya dan wujud pemeliharaan Allah kepada umat-Nya. 
III. Pelajaran dan Penerapan.
Dari kisah ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting yang dapat kita terapkan dalam pelayanan kita, yaitu:
1. Bersyukurlah dengan kapasitas yang kita miliki.
Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya bahwa setiap kita memiliki kapasitas dan setiap kapasitas itu berbeda satu sama lain. Perbedaan yang saya maksudkan adalah bahwa ada orang yang memiliki kapasitas yang besar dan ada orang yang memiliki kapasitas yang kecil. Dalam bacaan kali ini kita melihat bahwa para rasul merasa bahwa meraka belum cukup mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik sehingga membutuhkan orang lain untuk membantu tugas mereka. Hal ini berarti bahwa kapasitas yang dimiliki oleh para rasul masih belum cukup untuk memaksimalkan pelayanan yang Tuhan berikan kepada mereka. Untuk itu,  mereka memerlukan orang lain yang memang memiliki kapasitas untuk mengerjakan tugas itu. Hal yang dapat kita pelajari hal ini yaitu bahwa di dalam pelayanan kita tidak dapat berjalan sendiri dengan kapasitas yang kita miliki karena pada dasarnya sebersar apapun kapasitas yang kita milki itu tetap ada batasnya sehingga kita membutuhkan orang lain untuk melengkapinya agar dapat terwujud suatu pelayanan yang optimal. Rasul paulus mengatakan bahwa kita adalah tubuh Kristus ( 1 Kor 12:12) sehingga tidak mungkin bahwa kita hanya berjalan sendiri karena pada dasarnya tubuh terdiri dari banyak anggota yang saling melengkapi. Oleh karena itu, janganlah merasa iri jika kita menemukan fakta bahwa ada orang yang memiliki kapasitas yang lebih dibandingkan dengan kita karena kapasitas yang Allah berikan bagi kita sesuai dengan kesanggupan kita. Kita mungkin mengingat kembali kisah Perumpamaan tentang Talenta ( Mat. 25: 14-30) yang mana sang tuan membagi talenta kepada para hambanya menurut kesanggupan mereka. Bayangkan saja jika sang tuan memberikan 5 talenta kepada orang yang ketiga? Bisa jadi sang tuan akan rugi besar. Karena sang tuan tahu bahwa hamba yang ketiga hanya sanggup mengelola 1 talenta makan diberikanlah 1 talenta demikian juga dengan hamba yang pertama dan hamba yang kedua.
Seiring dengan kapasitas yang besar, akan datang pula tanggung jawab yang lebih besar. Artinya jika anda hanya sanggup mengerjakan hal yang kecil jangan berkecil hati dengan orang yang dapat mengerjakan tanggung jawab yang lebih besar karena tentunya dia mempunyai talenta yang mumpuni untuk mengerjakan tanggung jawab yang lebih besar itu. Di dalam pelayanan, bukan soal yang mana yang mempunyai kapasitas yang lebih besar atau siapa yang mempunyai kapasitas yang lebih kecil, tetapi bagaimana antara besar dan yang keci ini saling bekerjasama untuk mencapai suatu totalitas pelayanan yang maksimal untuk kemuliaan nama Tuhan ( Rom. 11:36). Karena itu, bersyukurlah dengan kapasitas yang kita miliki dan pergunakanlah kapasitas itu dengan baik untuk pelayanan dimana saja kita berada.
2. Berilah kesempatan untuk mengembangkan kapasitas.
Perlu diketahui bahwa kapasitas bukanlah sesuatu yang konstan (tidak berubah). Kapasitas seseorang dapat berkembang jika orang itu mau untuk mengelola dan mengembangkannya. Untuk dapat mengembangkannya tentunya diperlukan kesempatan dan juga ruang untuk mengembangkan kapasitas yang dimiliki. Pada bacaan hari ini, kita melihat dari solusi yang diambil oleh para rasul yaitu dengan memilih 7 orang lain untuk membantu tugas mereka, artinya para rasul memberikan kesempatan kepada 7 orang ini untuk juga mempergunakan dan mengelola kapasitas yang dimiliki oleh ke-7orang ini dalam hal melayani orang miskin. Dalam kenyataan saat ini, seringkali kita merasa untuk tidak perlu lagi mengembangkan kapasitas yang kita miliki karena kita merasa bahwa kapasitas yang kita miliki sudah cukup untuk menjalankan pelayanan. Agaknya, kita perlu berhati-hati dengan pemikiran seperti ini karena bisa saja bahwa pelayanan yang ada tidak dapat berkembang dengan baik karena para pelayannya sudah terlena dengan kapasitas yang dimilki. Sebagai seorang pelayan hendaknya kita menyadari bahwa kapasitas yang Allah berikan kepada kita bukan sekedar agar kita merasa puas dan terlena tetapi bagaimana kita terus mengasah dan mengelolanya untuk memaksimalkan pelayanan dan yang paling utama untuk kemuliaan nama-Nya. Oleh karena itu, ambillah setiap kesempatan yang ada dan jangan lupa juga untuk memberikan kesempatan bagi orang lain untuk dapat juga mengembangkan kapasitas yang dimilikinya. Jangan pernah merasa takut, ragu apalagi mider karena kapasitas yang kita miliki sangat berharga, berapapun besarnya karena itu semua adalah pemberian istimewa dari Allah kepada kita.
3. Perbaharuilah motivasi dan layani Tuhan dengan kerelaan hati.
Seringkali kapasitas yang dimiliki seseorang membuatnya menjadi sombong dan tidak lagi memperdulikan hal lain disekitarnya. Semakin tinggi kapasitas seseorang akan membuat dirinya semakin terdorong untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa ia memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan orang lain. Hal ini akan membawa seseorang kepada motivasi yang salah dalam melayani. Kapasitas yang besar itu tidak lagi dipergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan tetapi dipergunakan untuk mengumpulkan pujian bagi dirinya sendiri. Inilah sikap yang paling berbahaya sekaligus rentan bagi para pelayan Tuhan. Seringkali tanpa sadar kita merampas kemuliaan Tuhan dengan motivasi melayani kita yang salah dan keliru. Untuk itu, ada cara yang baik yang Allah berikan bagi kita agar kita dapat menangani masalah ini. Perhatikan nats berikut. Yesaya 30:15c : “ ...... dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”  Pada klausa “tinggal tenang” mengacu kepada suatu kondisi dimana seseorang berada dalam suatu keteduhan, bukan saja meliputi fisik tetapi juga meliputi gejala pikiran dan hati yang berada dalam ketenangan dan keheningan. Selanjutnya klausa ini kaitkan dengan kata “Percaya”  sehingga maknanya berubah menjadi sebuah keheningan yang bermakna. Artinya, bukan hanya sekedar keteduhan diri yang kosong dan hampa tetapi keteduhan diri dengan penyerahan diri kepada Tuhan. Hal inilah yang dinamakan dengan saat teduh. Bagi seorang pelayan, saat teduh adalah hal yang paling penting karena lewat saat teduh, ada relasi yang terjadi dengan Allah secara pribadi, untuk memulai sesuatu hendaknya didahului dengan saat teduh agar kita memperoleh “kekuatan” dan agar motivasi kita kembali dimurnikan dalam melayani Tuhan. Hal ini sangat sinkron dengan teladan yang Yesus berikan ( Mrk.1:35) dimana pagi-pagi benar, sebelum Yesus hendak memulai tugas pelayanan-Nya, Ia mengawali semuanya dengan berdoa kepada Allah Bapa. Yesus yang adalah Allah merasa perlu untuk selalu menjaga relasiNya dengan Bapa, lantas bagaimana dengan kita? Dan mengapa pula Yesus harus berdoa terlebih dahulu kepada bapa sebelum memulai pelayannnya? Jawabannya adalah Agar Visi Allah dapat terus diteguhkan dalam diri Yesus. Demikinan pula dengan kita, motivasi melayani kita juga perlu dimurnikan, juga perlu dimurnikan agar visi pelayanan dapat tercapai. Selanjutnya, jika motivasi kita telah dimurnikan maka kerelaan hati akan tercipta sehingga pelayanan akan berjalan dengan baik dan optimal. ( Ayat 7).



IV. Ajakan dan tantangan.
Bagi kita para pelayan, khususnya bagi para penatalayanan, kita semua memiliki kapasitas yang telah Allah berikan bagi kita, Karena itu pergunakanlah kapasitas yang ada untuk kemuliaan nama-Nya, dan untuk itu diperlukan motivasi yang benar sehingga totalitas pelayanan kita boleh benar-benar berkenan di hadapan Allah serta tak lupa juga untuk bersyukur akan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita dan wujudkanlah itu dengan terus mengembangkan segala kapasitas yang ada dalam diri kita. AMIN

“Kalau Anda tidak melakukan sesuatu dengan apa yang ada pada Anda, berarti Anda sedang memperkecil kapasitas anda”.
Jeffrey Rachmat.
Solideo Gloria
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSPOSISI KITAB LUKAS 7: 36--50

Allah menciptakan ragam bahasa